Ambar begitu menjadi idaman di kala Senja melihatnya,
rambut
tergerai panjang dengan warna cokelat tua, wajah khas Indonesia dengan bibir penuh
dan mata yang tajam,
Dan dengan sedikit siratan bahwa di dalam hatinya menyimpan sendu.
-
Tidak perlu mengenal lebih dekat saja Senja begitu ingin
menjadi Ambar beberapa tahun lagi.
-
“hai kak, meja lain penuh. bisa duduk disini?”
Ambar begitu dingin, “silahkan”
-
Tidak terjadi apapun sampai akhirnya Ambar terpaksa bilang, “boleh pinjam powerbank sebentar?”
“ini”
“ko kamu sendiri?”
Ambar dengan gamang memulai pertanyaan klise.
Senja dengan ramah menjawab, “aku suka pergi sendiri",
“Sama.”
Obrolanpun begitu larut, Senja seperti Ambar yang seperti
Senja.
-
-
Senja menulis singkat di dalam telepon genggamnya,
"Aku mau jadi seperti kak Ambar, cantik, bersahaja, karier bagus,
berusaha keras untuk membahagiakan adiknya, dan sepertinya sendiri bukan
menjadi hal yang tabu. Padahal dia sudah 30 tahun."
Begitupun dengan Ambar,
"Senja adalah aku beberapa tahun silam. Nama yang indah, wajah
yang cantik. Jangan sampai dia larut dalam kesendirian terlalu lama. Andai aku bisa
bilang, “sendiri itu menyakitkan, Senja. akan sekuat apa jiwamu menahan semua
beban sampai mati?”"
Tidak lama Senja pun beranjak pulang.
“Aku rindu punya teman bicara seperti tadi, tapi kata orang,
sendiripun aku tidak akan mati”
-Jakarta dengan ambar di kalasenja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar