Jumat, Mei 16, 2014

lalu bagaimana jika kita berbeda?

kata ini muncul, begitu nyata
bukan lagi sebuah siluet semu yang dihinggapi fatamorgana

klasik.
"bagaimana jika kita berbeda?"
apa yang sudah berbeda, biarkan saja. 
jangan jadikan itu sebagai penghalang terbesarmu
bahkan batu besarpun bisa hancur hanya karena setitik air, yang diberikan terus menerus.

proses.
semua ada waktunya.
bukan berarti jiwa jiwa itu tidak mencintai kepercayaannya masing masing,
mereka percaya, makanya masih bertahan dengan perbedaan.
sampai satu ketika dihadapkan pada pilihan, berjalan dengan perbedaan, mengikuti, diikuti, atau diakhiri
jika belum siap dengan itu, maka jangan memulai.
jika mencintai tetapi tidak siap dengan itu, jalani, namun dengan langkah yang pasti.
memulai sesuatu dengan perbedaan itu membutuhkan pemikiran.
kapal dengan dua nahkoda? butuh kesepakatan untuk berjalan bersama kan.

karena seharusnya pertanyaan itu tidak perlu muncul.
untuk apa?mencari sebuah pembelaan?
tidak.

ambil saja semua. dia bilang dia sudah ikhlas.

ini bukan tentang adam dan hawa, ini tentang lingkaran kecil
mengenai dia yang hanya bisa dicurahkan melalui, aku.
sudah cukup untuk dia.
tidak ada lagi hasrat untuk mengikuti permainanmu
terlampau lama..
terimakasih untuk selalu membuat mereka memandang dia sebelah mata
terimakasih untuk selalu berhasil mempermainkan kata,
sampai pada akhirnya dia yang ada ditempat seharusnya kau berada.
untuk segala caramu untuk mematikan rasa.
dia bilang, untuk apa kau panjatkan begitu banyak doa,
tetapi untuk memanjatkan sedikit simpatimu untuk manusia pun, tidak bisa.
Tuhan akan semakin jauh jika Dia melihat kau tidak bisa merangkul sesamamu.

bahkan diapun berucap terimakasih melalui aku,
untuk satu satunya cinta yang dia punya,
yang berhasil kau rebut dengan manisnya
karena kau tau, bagaimana cara menghancurkan dia
perlahan lahan.

semoga Tuhan menyayangi kamu selalu,
ambil saja semua, setahuku dia bilang dia sudah ikhlas.
selamat menikmati hasil rajamu untuk dia,
semoga tidak berbalik arah.