Kamis, Oktober 06, 2016

Ruang Peluk

Sepercik harapan hadir kembali di kala Senja hampir mati
Genggaman tangan yang erat selalu membuat Senja ingin kembali ke pelukannya cepat cepat
Harapan yang sudah lama hilang memang belum semuanya kembali, tapi perlahan, ditaburkannya lagi dengan hangat
Cinta bukan datang secepat ini, tapi sedang dalam perjalanan untuk kembali
Bagaimana cara semua ini bisa terjadi hanya semesta yang tahu
Memang saat Senja bercerita ini, semuanya belum kembali bahkan belum melangkah sedikit lebih pasti
Tapi seberat beratnya perjalanan Senja, setidaknya dia tak sendiri lagi
Senja perlahan bisa kembali bersyukur atas hidupnya saat ini.
Ada tangan yang menggenggam erat, ada tubuh yang menerima pelukan dan isak tangis, ada hati yang bisa menerima Senja, apa adanya, tanpa paksaan, 
tanpa ancaman akan meninggalkan apapun yang terjadi
Terimakasih, 
-Senja.

Kamis, Juni 30, 2016

lagi mengenai Senja.

Akan ada saatnya dimana yang jahat akan terbunuh dengan tangannya sendiri. Terbunuh oleh orang yang sibuk mereka bela padahal tidak sepantasnya dibela. 
Bahkan diberi nafaspun tidak pantas.
Akan ada saatnya dimana pahlawan kesiangan di tindas habis oleh waktu.
Akan tiba saatnya dimana gelak tawa diatas penderitaanmu terbalas dengan kematian jiwa mereka sendiri, dan digantikan dengan tangisan yang akan mereka rasakan seumur hidup. Seumur hidup.
Sabar.
Suatu saat dunia yang menutup mata kepadamu akan menyadari bahwa apa yang diucapkan oleh mereka semuanya adalah kepalsuan. Dan bukan kamu yang pantas mati, tapi mereka.
Mereka yang pantas dihunus jantungnya, mereka yang seharusnya ditikam berkali kali.
Mereka yang sewajarnya dibunuh oleh waktu. Bukan kamu.
Tunggu saja.
Saat itu sebentar lagi tiba. Kamu hanya perlu bersabar. Tidak ada jalan lain.
Hanya bersabar.
Bersabar dan terus menerus bersabar dengan segala kejahatan dan kemunafikan yang mereka kunyah sampai nantinya habis, sehingga mereka kelaparan dan memakan tangannya sendiri. Memakan sampai habis. Kemudian mati. Karena kematian bukan jalanmu. Tapi jalan mereka.
Kamu hanya pantas untuk bahagia.
Biarlah saat ini kehidupanmu hanya diisi dengan tangis dan dendam.
Mereka yang akan menuai hasilnya.

Bersabarlah, Senja.

sekilas tentang Senja

Senja itu terlanjur kuat
Hidup sendiri bukan masalah besar untuk seorang Senja,
Seluruh dunia mati pun bukan suatu hal yang membuatnya hancur.
Senja sudah terbiasa hidup sendiri diantara orang orang yang seharusnya selalu ada.
Mereka bukan sibuk menyayangi tapi malah menghancurkan.
Senja bilang, jangan salahkan dirinya jika suatu saat mereka tergeletak tak bernyawa namun Senja hanya melewatinya dengan senyuman. 
Karena mereka memang pantas untuk itu.
Senja kepalang kuat.
Senja tidak mati tanpa kalian,

Kalian yang mati.

Senin, Maret 28, 2016

tidak ada.

aku sudah berusaha pergi sejak lama, tapi belum bisa.
malam ini jadi malam yang panjang untuk aku dan kita, tanpa kamu.
karena memang hanya aku yang sibuk memikirkan kita.
dan sepertinya yang tadi terjadi adalah yang terakhir.
semestaku berkali kali memberi tanda jangan.
tapi aku berfikir itu hanya pencobaan.
lalu aku berfikir lagi malam ini,
ternyata itu bukan sekedar pencobaan.
itu pertanda bahwa memang, gelap tak bisa bersatu dengan terang.


bandung-29.3,05.

Selasa, Februari 16, 2016

beradu dengan jarak.

Ada bunyi lonceng kereta api hari itu, tanda di mana kereta harus segera pergi, 
tanda di mana kamu juga harus pergi.
Air mata yang di tahan dari malam malam sebelumnya sudah tidak bisa dibendung lagi, 
bersamaan dengan datangnya hujan sore itu.

Pada mulanya berpikir untuk berjalan jauhpun tidak. 
Semuanya diawali dengan pertanyaan bodoh, yang harusnya tidak berakhir pada hari hari yang diwarnai dengan senyuman.

Semuanya di luar ekspektasi. 
Jika masih ada pada masa itu, yang ada hanya “mana mungkin?” sampai kepada waktu yang telah di putuskan oleh semesta, waktu dimana mata melihat mata, peluk dibalas peluk, rindu dibalas bertemu.

Sosok ini begitu sederhana, begitu sederhana sampai hati ini bisa jatuh dan mencintai begitu mudah. Tidak seperti biasanya.

Namun sayangnya hari hari yang singkat itu berjalan bahkan berlari. 
Waktu seakan tidak bisa mengerti. 
Pada saat itu, pertama kalinya membenci waktu yang berjalan terlalu cepat.

Sampai kepada perpisahan yang tidak diinginkan. Benar benar tidak diinginkan, tapi harus tetap dijalani karena yakin, perpisahan mendekatkan pada pertemuan berikutnya.
Semoga kamu tidak lupa, selalu ada raga yang menunggu pelukan hangat itu lagi, selalu ada jiwa yang merindukanmu, selalu ada hati yang menunggu.
Menunggu di peron itu lagi, menunggu malam cepat berganti menjadi pagi,
Iya, menunggu kamu datang lagi.

Tapi, bagaimana jika semua ini harus berhenti?
Bahkan untung membayangkan hal itu saja, tidak bisa.







(penulis hanya mencintai satu pria dalam tulisannya-unknown)

Selasa, Februari 02, 2016

cerita tentang segelas teh panas hujan hujan

Saya sedang duduk diam, merasakan dinginnya hujan, ditemani segelas teh panas, diiringi rasa rindu yang semakin merajam benak. Saya sedang berkelahi dengan rindu yang tidak tahu kapan berakhir.
Mungkin berakhir ketika kita sudah bertemu, kemudian kembali membunuh karena rasanya semakin menjadi jadi. Saya memang seringkali terlihat angkuh, marah, dan tidak perduli dengan kamu. Tapi apakah kamu tau bahwa keberadaanmu itu membuat saya tidak mau jauh jauh?
Hanya kamu yang bisa bersabar ketika semua orang hanya ingin meninggalkan saya. Hanya kamu yang bisa memaklumi apabila saya sedang di serang oleh apapun yang seringkali membuat raga ini hanya ingin berhenti dan mati. Bahkan hanya kamu yang mau melihat saya tanpa bedak, tanpa pemerah pipi, tanpa lipstick, tanpa harapan, dan pernah tanpa masa depan.
Saya adalah orang yang yakin bahwa kamu akan menjadi pelabuhan terakhir saya, yang kemudian kamu pun menginginkan hal yang sama.
Kamu tau? Senyum yang kamu buat itu, yang bisa membuat saya selalu jatuh cinta, selalu bisa tersenyum, selalu kembali memupuk harapan sedikit demi sedikit, lalu semakin jatuh cinta.
Berpisah dengan kamu, tidak pernah lama lama.
Tapi tidak pernah sesakit ini.
Sebelum saya tau kamu, saya begitu suka pergi sendiri. Bukan saya benci bercengkrama, hanya seringkali bepergian dengan diri sendiri membuat saya kembali belajar mencintai diri sendiri.
Setelah saya mengenal kamu, senyummu, tingkah lakumu, pergi bersamamu menjadi layaknya saya berjalan dengan diri sendiri, membuat saya kembali belajar mencintai diri sendiri.
Sampai pada titik bahwa saya tidak mau yang lain. Saya hanya mau kamu bahagia.
Tidak apa bila pada akhirnya, bahagiamu bukan aku.

Segelas teh panas ini hampir habis, sudah saatnya saya masuk ke dalam selimut, untuk kembali menikmati tawamu dalam mimpi, tanpa harus kamu tau apa yang saya bicarakan dengan semesta malam ini. Selamat tidur. 

Senin, Januari 25, 2016

peran.

Menentukan akhir dari sebuah hubungan itu bukan perkara mudah.
Belum masuk dalam batasannya saja, sudah membuat ingin mundur.

Kenapa semua harus berakhir seperti itu?

Kenapa harus di akhiri dengan cincin yang tersemat di jari manis untuk menandakan bahwa  perjalanan yang baru akan di mulai lagi dan kamu tidak akan bisa kemana mana?

Pikiran ini muncul ketika aku menapaki usia yang matang dan melihat hampir semua teman-temanku memutuskan berkeluarga di usia yang cukup dini.

Di dalam benak ini, sebegitu kuatkah rasa cinta di antara kalian sampai sampai membuang pikiran tentang  menjadi “seseorang”-nya orang lain sampai mati?

Dari kecil hingga memasuki usia cukup, kita menjadi anak dari orang tua

Ketika memutuskan untuk menikah, kita adalah istri dan ibu, suami dan ayah.

Lalu kapan menjadi diri sendiri tanpa melibatkan status?

Begitu lelahnya menjadi seorang anak untuk keluarga tertentu, segelintir pekerjaan rumah yang harus diimbangi akademi yang baik, berjuta masalah dan ketidak cocokan dengan orang tua yang mungkin masih kolot dan tidak bisa memberi kebebasan yang bertanggung jawab. Mungkin ini salah satu alasan beberapa orang memutuskan untuk menikah muda, agar lepas dari beban sebagai anak.


Begitu muaknya menjadi seorang suami ketika memiliki pasangan hidup yang penuh dengan tuntutan dan banyak anak, bekerja pagi hingga malam dan di akhir bulan ketika mendapat haknya, harus mengubahnya dengan cepat menjadi kewajiban, dan pada akhirnya di berikan untuk perut anak dan istrinya.
Ketika ingin memiliki waktu sebentar saja untuk diri sendiri, istri menuntut dan berkata “tidak ada waktu untuk keluarga”.

Begitu muaknya menjadi seorang istri ketika memiliki anak yang selalu memiliki masalah dan suami yang menuntut untuk di siapkan ini itu, dan segelintir tugas lain yang tidak akan pernah berakhir seumur hidup, di tambah tidak berhubungan baik dengan keluarga suaminya. Ketika ingin memiliki waktu untuk diri sendiri? Ibu dari suamimu akan berkata kamu adalah perempuan tidak benar dan gagal menjadi ibu dan istri.

Untuk apa ini semua?
Untuk apa memberikan seluruh hidupmu untuk orang lain terus menerus?
Bagaimana rasanya letih namun tetap harus menyelesaikan semuanya dengan baik tanpa boleh mengeluh sama sekali, tanpa boleh di beri waktu untuk kembali bercinta dengan diri sendiri?
Semua itu bukan perkara umur, namun perkara kesiapan.


Kapan dan bagaimana caranya supaya siap? Ya mungkin tidak semua orang mendapatkan jawabannya sehingga memutuskan untuk tetap sendiri sampai waktunya nanti. 
Tunggu saja sampai pikiran ini semua berganti dengan yang lebih baik