Selasa, Februari 02, 2016

cerita tentang segelas teh panas hujan hujan

Saya sedang duduk diam, merasakan dinginnya hujan, ditemani segelas teh panas, diiringi rasa rindu yang semakin merajam benak. Saya sedang berkelahi dengan rindu yang tidak tahu kapan berakhir.
Mungkin berakhir ketika kita sudah bertemu, kemudian kembali membunuh karena rasanya semakin menjadi jadi. Saya memang seringkali terlihat angkuh, marah, dan tidak perduli dengan kamu. Tapi apakah kamu tau bahwa keberadaanmu itu membuat saya tidak mau jauh jauh?
Hanya kamu yang bisa bersabar ketika semua orang hanya ingin meninggalkan saya. Hanya kamu yang bisa memaklumi apabila saya sedang di serang oleh apapun yang seringkali membuat raga ini hanya ingin berhenti dan mati. Bahkan hanya kamu yang mau melihat saya tanpa bedak, tanpa pemerah pipi, tanpa lipstick, tanpa harapan, dan pernah tanpa masa depan.
Saya adalah orang yang yakin bahwa kamu akan menjadi pelabuhan terakhir saya, yang kemudian kamu pun menginginkan hal yang sama.
Kamu tau? Senyum yang kamu buat itu, yang bisa membuat saya selalu jatuh cinta, selalu bisa tersenyum, selalu kembali memupuk harapan sedikit demi sedikit, lalu semakin jatuh cinta.
Berpisah dengan kamu, tidak pernah lama lama.
Tapi tidak pernah sesakit ini.
Sebelum saya tau kamu, saya begitu suka pergi sendiri. Bukan saya benci bercengkrama, hanya seringkali bepergian dengan diri sendiri membuat saya kembali belajar mencintai diri sendiri.
Setelah saya mengenal kamu, senyummu, tingkah lakumu, pergi bersamamu menjadi layaknya saya berjalan dengan diri sendiri, membuat saya kembali belajar mencintai diri sendiri.
Sampai pada titik bahwa saya tidak mau yang lain. Saya hanya mau kamu bahagia.
Tidak apa bila pada akhirnya, bahagiamu bukan aku.

Segelas teh panas ini hampir habis, sudah saatnya saya masuk ke dalam selimut, untuk kembali menikmati tawamu dalam mimpi, tanpa harus kamu tau apa yang saya bicarakan dengan semesta malam ini. Selamat tidur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar