Saya sedang duduk diam, merasakan dinginnya hujan, ditemani
segelas teh panas, diiringi rasa rindu yang semakin merajam benak. Saya sedang
berkelahi dengan rindu yang tidak tahu kapan berakhir.
Mungkin berakhir ketika kita sudah bertemu, kemudian kembali
membunuh karena rasanya semakin menjadi jadi. Saya memang seringkali terlihat
angkuh, marah, dan tidak perduli dengan kamu. Tapi apakah kamu tau bahwa
keberadaanmu itu membuat saya tidak mau jauh jauh?
Hanya kamu yang bisa bersabar ketika semua orang hanya ingin
meninggalkan saya. Hanya kamu yang bisa memaklumi apabila saya sedang di serang
oleh apapun yang seringkali membuat raga ini hanya ingin berhenti dan mati. Bahkan
hanya kamu yang mau melihat saya tanpa bedak, tanpa pemerah pipi, tanpa
lipstick, tanpa harapan, dan pernah tanpa masa depan.
Saya adalah orang yang yakin bahwa kamu akan menjadi
pelabuhan terakhir saya, yang kemudian kamu pun menginginkan hal yang sama.
Kamu tau? Senyum yang kamu buat itu, yang bisa membuat saya
selalu jatuh cinta, selalu bisa tersenyum, selalu kembali memupuk harapan
sedikit demi sedikit, lalu semakin jatuh cinta.
Berpisah dengan kamu, tidak pernah lama lama.
Tapi tidak pernah sesakit ini.
Sebelum saya tau kamu, saya begitu suka pergi sendiri. Bukan
saya benci bercengkrama, hanya seringkali bepergian dengan diri sendiri membuat
saya kembali belajar mencintai diri sendiri.
Setelah saya mengenal kamu, senyummu, tingkah lakumu, pergi
bersamamu menjadi layaknya saya berjalan dengan diri sendiri, membuat saya kembali
belajar mencintai diri sendiri.
Sampai pada titik bahwa saya tidak mau yang lain. Saya hanya
mau kamu bahagia.
Tidak apa bila pada akhirnya, bahagiamu bukan aku.
Segelas teh panas ini hampir habis, sudah saatnya saya masuk
ke dalam selimut, untuk kembali menikmati tawamu dalam mimpi, tanpa harus kamu
tau apa yang saya bicarakan dengan semesta malam ini. Selamat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar